Pekanbaru, LaksamanaNews.com — Sebuah gerakan sosial bertajuk “Ayah Ambil Rapor Anak” belakangan ramai digaungkan di berbagai sekolah dan media sosial. Gerakan ini bertujuan mendorong keterlibatan ayah dalam pendidikan anak, khususnya pada momen pembagian rapor yang selama ini lebih banyak dihadiri ibu.
Bagi sebagian keluarga, gerakan ini menghadirkan kebahagiaan tersendiri. Kehadiran ayah di sekolah menjadi simbol dukungan, kebanggaan, dan perhatian terhadap tumbuh kembang anak. Banyak foto ayah dan anak tersenyum sambil memegang rapor dibagikan, disertai pesan tentang pentingnya peran ayah dalam pendidikan.
Namun di balik semangat positif tersebut, muncul sisi lain yang tak kalah nyata: rasa pilu bagi anak-anak yang ayahnya telah meninggal dunia atau orang tuanya telah bercerai.
Di sejumlah kolom komentar media sosial, warganet mengungkapkan perasaan sedih dan perih. Ada anak yang harus datang ke sekolah sendirian, ada pula yang ditemani ibu atau wali sambil menahan rasa iri melihat teman-temannya datang bersama ayah mereka. Tidak sedikit pula ibu tunggal yang mengaku tertekan, merasa seolah perjuangan mereka selama ini tak terlihat.
“Gerakannya bagus, tapi tolong jangan lupa, tidak semua anak masih punya ayah,” tulis seorang warganet.
“Ayah saya sudah meninggal, lihat ini rasanya campur aduk,” komentar lainnya.
Pengamat pendidikan menilai, gerakan ini perlu disertai pendekatan yang lebih inklusif dan empatik. Tujuan melibatkan ayah memang penting, namun sekolah juga perlu memberi ruang dan pemahaman bagi kondisi keluarga yang beragam.
“Semangatnya jangan sampai berubah menjadi tekanan sosial. Anak-anak yang kehilangan ayah atau hidup dalam keluarga tunggal harus tetap merasa dihargai dan tidak berbeda,” ujar seorang psikolog anak.
Gerakan “Ayah Ambil Rapor Anak” sejatinya lahir dari niat baik. Namun kisah-kisah pilu yang muncul menjadi pengingat bahwa empati adalah kunci. Pendidikan bukan hanya soal nilai di rapor, tetapi juga tentang menjaga perasaan, keadilan, dan kehangatan bagi setiap anak—apa pun latar belakang keluarganya.











